Jumat, 31 Desember 2010
Kamis, 30 Desember 2010
Senin, 27 Desember 2010
Minggu, 26 Desember 2010
Minggu, 12 Desember 2010
Sabtu, 11 Desember 2010
Jumat, 03 Desember 2010
Sabtu, 16 Oktober 2010
Kebab Baba Rafi
Kebab Baba Rafi merupakan franchise besar dengan 500 outlet di seluruh Indonesia dan master franchise di Malaysia. Perusahaan ini dimiliki oleh seorang pemuda yang drop out dari perkuliahannya. Bagaimana dia dapat membuat franchise Kebab Baba Rafi yang telah berkembang besar ini?
Pada awalnya pemuda ini hanya pergi mengunjungi ayahnya yang bekerja sebagai TKI di Qatar. Di situlah ia menemukan ide menjual kebab di Indonesia. Ia pulang dan akhirnya membuat outlet pertamanya yang sederhana tanpa branding. Penjualan awalnya tidak berjalan baik. Makanannya dikritik “kurang berasa Indonesia”. Dari situ pemuda ini mulai mengembangkan produknya hingga mencapai rasa yang disukai oleh orang Indonesia. Lalu dikembangkan lewat branding dan advertising, dan perekrutan pekerja professional lulusan S1 dan S2.
Outletnya mulai berkembang dari satu hingga banyak, dan mulai ditanamkan system franchise. Pada awalnya perusahaannya pun menerapkan system gaji. Namun ,ternyata system ini kurang baik. Maka ia menerapkan system bagi hasil seperti rumah makan padang, Dengan begini maka para karyawannya semangat untuk meningkatkan penjualan agar mendapat persenan lebih banyak lagi.
Pesan dari pemuda ini untuk orang yang ingin membuka usaha adalah:
Memulai usaha dari yang kecil dan simpel
Kembangkan apa yang kita kuasai atau kita sukai (hobi misalnya)
Selau optimis dan yakin
Sky is the limit—jangan cepat puas
Berdedikasilah untuk orang lain
Sabtu, 09 Oktober 2010
Sabtu, 25 September 2010
Penghargaan
Pemikiran ini sudah menggelitik saya semenjak pertama kali memutuskan untuk menuntut ilmu di Institut Kesenian Jakarta. Lantas dulu saya bagaimana?? Pertanyaan yang saya biarkan tebal di atas itu dulunya tidak pernah terpikir oleh saya. Saya masih berputar-putar di dalam angan-angan saya sendiri dengan referensi film, program tv, dan bacaan dari mancanegara yang selalu mengagung-agungkan seni dan desain. Bukan berarti saya mengira seniman di luar negeri menjadi orang yang dipuja-puja. Hanya saja, di luar negeri sepertinya menjadi seniman itu keren, ha-ha-ha!
Lalu kembali ke saat saya memutuskan untuk berkuliah di IKJ. Langsung mencuat pertanyaan-pertanyaan dari sanak saudara, berseliweran dari mulut ke mulut, hingga sampai ke telinga saya. “Yakin Mbak, anaknya mau disekolahkan di IKJ?”, “Sudah mantap benar di situ? Tidak mau pikir-pikir lagi?”, “Mengapa tidak coba masuk UI dulu? Ambil Sastra Inggris bagus, loh!”, “Yakin tidak bisa berhasil kuliah di IKJ? Kalau mau ambil DKV mengapa tidak ambil kursus saja? Toh sama saja,” dan banyak lagi hingga saya tidak bisa mengingat semuanya. Saya hanya tersenyum sambil pura-pura tidak peduli dengan apa yang mereka katakan.
Semua orang berpikiran serupa; menjadi seniman dan bersekolah di sekolah seni merupakan pilihan yang mengkhawatirkan dan perlu dikaji ulang kembali sebelum benar-benar diputuskan. Mengapa? Tentu saja ini berhubungan dengan paradigma umum tentang seniman yang gembel, tidak laku lukisannya, tidak mandi berhari-hari, makan susah, pekerjaan tidak tetap, tidak ada gaji bulanan, dan lain sebagainya. Benarkah demikian?? Menurut saya, sebenarnya paradigma umum inilah yang membuat seniman dan desainer benar-benar menjadi gembel! Maklum, ketika orang-orang Indonesia bersekolah di bangku SD hingga SMA, tidak ada penekanan yang jelas di bidang seni. Semua di pompa untuk menjadi orang-orang eksak, ahli di bidang IPA dan IPS, dan ruang gerak seni di sekolah-sekolah masih sempit dan hanya terbatas di ruang lingkup ekstrakurikuler, klub, festival setahun sekali, atau satu mata pelajaran saja.
Paradigma umum ini membuat masyarakat jadi tidak menghargai keberadaan seniman dan desainer. Anak-anak muda yang mudah dipengaruhi paradigma ini pun bisa dengan mudah membenamkan mimpinya menjadi seniman atau desainer dan memilih untuk kuliah di bidang lain, takut masa depannya terancam gagal dan tak berhasil. Paradigma ini membuat orang jadi tidak memberi penghargaan pada seniman dan desainer. Penghargaan di sini bukan berarti award atau piagam. Penghargaan yang saya maksud adalah penghargaan dari individu dan bersifat personal.
Selain itu, masyarakat Indonesia terlalu menggampangkan seniman dan desainer. Tidak perlu sekolah, asal bisa menggambar yang bagus, ikut sanggar sebentar, beli alat-alat lukis, buat lukisan, jadilah seniman. Atau, asal bermodal bakat, kursus photoshop, beli buku-buku tutorial, beli PC atau iMac yang paling canggih, buka jasa desain di mana-mana, jadilah desainer. Menjadi desainer dan seniman tidak semudah itu! Seniman dan desainer tetap harus bersekolah, mempelajari teori-teori, tidak hanya bermodal teknis dan alat kerja. Jika tidak, di mana letak mutu seorang seniman dan desainer? Tidak ada sama sekali. Nol. Bermodal teknis dan fasilitas semata hanya menjadi tukang saja.
Nah, “seniman” dan “desainer” yang hanya bermodal teknis dan fasilitas ini lantas merusak harga seniman dan desainer yang mati-matian berjuang di sekolah seni dan mendapat gelar Sarjana Seni atau S.Sn. Mengapa? Orang-orang yang bermodal teknis dan fasilitas semata akan mematok harga lebih rendah, sementara seniman dan desainer yang bermodalkan akademik akan mematok harga lebih mahal sebab ide dan konsep mahal nilainya, apalagi setelah melewati tahapan belajar di institusi. Orang Indonesia tidak banyak yang mengerti tentang seni. Masyarakat lebih senang membayar jasa desainer atau seniman dengan harga murah. Ya ya ya, finansial. Makin murah makin bagus, tidak lagi melihat kualitas. Akhirnya “seniman” dan “desainer” yang bermodal teknis dan fasilitas yang memegang pasar dan bisa menarik minat banyak orang. Sungguh menyedihkan.
Bagaimana caranya agar fenomena kurangnya penghargaan terhadap seniman dan desainer ini berhenti? Sebenarnya hanya tinggal mengubah paradigma umum dan menambah ruang gerak kesenian di sekolah-sekolah dapat membantu perbaikan keadaan. Namun, tidak hanya itu. Para seniman dan desainer mesti bersatu dan bergerak, unjuk gigi, dan membuktikan kepada masyarakat Indonesia bahwa sarjana seni juga bisa sama hebatnya seperti sarjana kedokteran, hukum, dan teknik.
HIDUP SENIMAN dan DESAINER INDONESIA!!
Jumat, 17 September 2010
Senin, 13 September 2010
Selasa, 07 September 2010
Jumat, 27 Agustus 2010
Kamis, 12 Agustus 2010
Minggu, 01 Agustus 2010
Kamis, 22 Juli 2010
Kamis, 15 Juli 2010
Kristen Stewart is Airbrushed and Painted! HA-HA-HA
Learning Air Brushing
Sabtu, 10 Juli 2010
POCKYZILLA flash Animation
3 Little Assassins
Another new style of me ( well, I am still learning)...This is not really ME, but the weapon thing is so ME, anyway ^^
But...the problem is that there are some people who don't like this kinda style of my drawing but some loves it so much. What do you say about this new style of my drawing? (I am still drawing with my old style, but this new style gives variation in to my artworks)
What the HELL are THESE??
NIKON D40
Minggu, 04 Juli 2010
Hayao Miyazaki, J'taime
I have to make a short biography of my favorite artist for Design History class. I chose Hayao Miyazaki, my favorite animator and director, as the subject. I really adore him, beside of my ambition of becoming an animator and an illustrator (like him), I really love his animated movies (ALL of THEM!).
These are only two of total 6 pages of his biography. This is only for learning so I am so sorry if there are some people notice the illustration on the cover page. I got the illustration from this page http://my.spill.com/profile/MelanieHenry?xg_source=activity
Yeah yeah yeah...what d'you think??
The Beauty of Petak Sembilan
Wow, it has been over a month since the last time I upload my artworks for my blog. I was really busy preparing for my 4th semester final exams; Too much homework and I didn't have enough time! Lack of sleep and lack of food made me looked really awful. But now, I am starting to refresh my body and starting to create new artworks.
Sabtu, 22 Mei 2010
Nadeshiko
First time I wanna ask you is "d'you notice SEIBU Department store's logo on the sleeves of this geisha?"
Well, I made this picture for my illustration class. I had to make mascot from any company. Then, I chose SEIBU Department store. This mascot represent the characteristic of SEIBU; elegance and luxurious. I used red and gold colors because those are colors of SEIBU Department store. I used color markers for the coloring; I think it's pretty good ^^
Geisha
For me, geisha is a symbol of beautiful Japan. Oh, I wonder when I can fly to Japan.
Character Styles
I was trying to find out how to make many kinds of character style; realist, semi-realist, manga style, and chibi style. I found it was a little bit hard to find the specific differences. I am still trying to find the easiest way. I tried to make differences on hair, eyes, shading, and strokes. So, what d'you think?